Sudah Tahu Lelah, Namun Sulit Berhenti
Di zaman pekerjaan yang modern ini, banyak individu merasa selalu lelah, gampang tersinggung, sulit untuk mempertahankan konsentrasi, dan merasakan hidup seolah-olah terulang setiap harinya: bangun, bekerja, merasa lelah, lalu tidur. Liburan yang panjang sering kali tampak tidak terjangkau: keterbatasan waktu cuti, biaya yang tinggi, dan berbagai tanggung jawab membuat banyak orang akhirnya memilih untuk staycation, beristirahat di tempat tinggal sendiri, baik itu di rumah, hotel, atau akomodasi terdekat.
Pertanyaannya adalah: apakah staycation benar-benar memberikan manfaat psikologis, atau hanya sekedar menjadi tren di media sosial? Riset mengenai istirahat singkat dan liburan mengindikasikan bahwa bahkan jeda beberapa hari dapat menurunkan tingkat stres, meningkatkan rasa kesejahteraan, serta mengembalikan energi mental, asalkan waktu itu digunakan untuk benar-benar menjauh dari pekerjaan. ( https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5800229/?utm_source=chatgpt.com )
Stres dan Keletihan Kerja ( Burnout ) : Mengapa Kita Membutuhkan Istirahat?
Sebelum membahas keuntungan dari staycation, penting untuk memahami konteks beban kerja di era sekarang.
- Sebuah analisis meta di wilayah Asia mengungkapkan bahwa sekitar 60% pekerja mengalami kelelahan, dengan tingkat tertinggi lebih dari 70% di beberapa negara. ( data diambil dari National Library of Medicine )
- Dalam dunia industri dan bagi pekerja formal, laporan terbaru menunjukkan angka yang signifikan terkait stres kerja, depresi, dan kecemasan yang berdampak pada produktivitas serta kesehatan fisik. ( Global Health Science Group Journal )
Burnout bukan hanya sekadar merasa lelah. Ini adalah keadaan kelelahan emosional, sikap sinis terhadap pekerjaan, dan hilangnya rasa pencapaian, yang jika diabaikan dapat berkembang menjadi masalah kesehatan mental yang lebih serius.
Masalah utamanya adalah: banyak pekerja tidak mendapatkan pemulihan yang memadai hanya dengan beristirahat di malam hari atau akhir pekan. Penelitian menunjukkan bahwa proses pemulihan setelah jam kerja dan saat akhir pekan seringkali tidak berjalan efektif karena lembur, pesan kerja, dan beban mental yang dibawa pulang ( data penelitian )
Disinilah staycation hadir sebagai solusi yang praktis: waktu istirahat yang singkat, terjangkau, namun terencana untuk benar-benar memulihkan diri.
Mengapa istirahat Singkat (Termasuk Staycation) bisa Efektif?
1. Detachment Psikologis dari Pekerjaan : Dalam bidang psikologi kerja, terdapat konsep krusial yang disebut psychological detachment, kemampuan untuk secara mental “memutus hubungan” dengan pekerjaan saat tidak berada di dalam jam kerja. Ketika detachment ini berlangsung, sistem saraf memperoleh kesempatan untuk keluar dari kondisi siaga dan beralih ke fase pemulihan. " European Journal of Work and Organizational Psychology " https://www.tandfonline.com/ ".
Analisis meta tahun 2025 menunjukkan bahwa detachment yang baik berhubungan dengan suasana hati yang lebih ceria, energi yang lebih banyak, tidur yang lebih berkualitas, dan tingkat stres yang lebih rendah. Staycation, bila dilakukan dengan tepat (tanpa membawa laptop dan chatting mengenai pekerjaan), memberikan peluang untuk detachment yang kuat ini.
2. Teori Recovery Experiences: Relaksasi, Mastery, dan Kontrol Sonnentag dan Fritz memperkenalkan empat elemen kunci dari proses pemulihan: relaksasi, detachment dari pekerjaan, Mastery (mempelajari atau menikmati hal baru), dan penguasaan atas waktu pribadi.
Staycation yang dirancang dengan baik dapat mencakup semuanya:
- Relaksasi : Waktu tidur yang cukup, Berendam, Menonton Film
- Mastery : Mencoba hobi baru, atau mencoba hal baru, kursus singkat, menjelajahi kuliner
- Kontrol : Kita yang menentukan ritme harinya bukan jadwal kantor
3. Bukti Ilmiah : Liburan singkat terbukti efektif : Studi mengenai liburan singkat selama 4–5 hari menemukan bahwa kesejahteraan dan pemulihan meningkat secara signifikan, sedangkan stres dan ketegangan berkurang selama liburan; efek ini masih terasa beberapa hari hingga minggu setelah kembali bekerja ( National Library of Medicine " Short Vacation Improves Stress-Level and Well-Being " ) study di german.
Editorial tahun 2025 menekankan bahwa liburan singkat yang dilakukan secara rutin lebih efektif untuk mempertahankan kesejahteraan dibandingkan dengan liburan panjang yang jarang dilakukan, karena tubuh dan pikiran memiliki kesempatan untuk mendapatkan pemulihan secara berkala ( Maximizing Recovery: The Superiority of Frequent Vacations for Well-Being and Performance )
Bahkan penelitian terbaru memperlihatkan bahwa efek "bahagia setelah liburan" dapat bertahan hingga 6 minggu, khususnya ketika seseorang benar-benar terputus dari urusan pekerjaan dan terlibat dalam aktiviti fisik atau menyenangkan saat berlibur.
The Sun ( www.thesun.co.uk )
4. Khusus pada Staycation: Tidak Perlu Jauh untuk Menemukan Kepuasan : Orang dapat merasakan peningkatan kesejahteraan meskipun berlibur di kota sendiri, asalkan mereka mengalami lingkungan yang berbeda, merasa santai, dan mendapatkan pengalaman yang menyenangkan. (Taylor and Francis Online )
Bukan Sekedar Rebahan Mewah, Inilah 7 Manfaat Psikologi Staycation
1. Mengurangi Stres dan Ketegangan Mental : Ketika melakukan staycation, fisik dan pikiran kita terlepas dari situasi yang memicu stres: yakni pemberitahuan kerja, lingkungan kantor, kemacetan yang biasa dilihat, bahkan sudut di rumah yang berasosiasi dengan “bekerja dari rumah”. Penelitian mengenai liburan dan istirahat singkat menunjukkan penurunan yang signifikan pada: persepsi stres, perasaan tertekan, serta tanda-tanda kelelahan emosional ( Short Vacation Improves Stress-Level and Well-Being in German-Speaking Middle-Managers—A Randomized Controlled Trial - National Library of Medicine )
2. Meningkatkan Suasana Hati dan Emosi Positif : Liburan atau termasuk staycation, berhubungan dengan peningkatan perasaan positif (seperti bahagia, santai, dan bersyukur) serta penurunan perasaan negatif (cemas, sedih, atau marah). ( We Continue to Recover Through Vacation - https://econtent.hogrefe.com/ )
3. Mengurangi Gejala BurnOut : Kelelahan kerja sering membuat seseorang merasa: kosong secara emosional, kehabisan energi, dan pesimis terhadap pekerjaan. Analisis menyeluruh tentang liburan menunjukkan bahwa waktu libur dapat mengurangi kelelahan dan tanda-tanda burnout, terutama jika disertai dengan relaksasi, detachment, dan aktivitas fisik yang ringan.
Staycation yang direncanakan dengan baik (seperti 2–3 malam di hotel nyaman tanpa urusan kerja) dapat berfungsi sebagai “pengisi daya ( Charging Station ) ” yang membuat kita kembali bekerja dengan energi yang lebih penuh.
4. Meningkatkan Konsentrasi dan Menjernihkan Pikiran : Pada saat stres yang berkepanjangan, pikiran sering terjebak dalam pemikiran berulang: memikirkan masalah tanpa menemukan solusi. Penelitian tentang detachment dari pekerjaan menemukan bahwa saat seseorang sepenuhnya lepas dari pekerjaan secara mental, kemampuan kognitif dan konsentrasinya meningkat saat kembali ( Benefits of Psychological Detachment From Work: Does Autonomous Work Motivation Play a Role? - National Library of Medicine ).
5. Memperkuat Hubungan Sosial dan Keluarga : Tidak sedikit pekerja mengaku tidak memiliki waktu yang berkualitas bersama pasangan, anak, atau sahabat. Penelitian mengenai dampak liburan menunjukkan bahwa: kegiatan santai dan percakapan selama liburan sangat berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan, kualitas interaksi selama liburan berhubungan erat dengan kepuasan hidup setelah itu.
Cara Memaksimalkan Staycation
- Full detachment dari kerja : Lepas dari pekerjaan, tidak membalas email, WhatApp membicarakan pekerjaan, tidak mengerjakan laporan, dan tidak Zoom Meet.
- Aktivitas Menyenangkan dan Relaksasi
- Libatkan Atifitas fisik ringan : Jalan santai, Berenang, Yoga yang ada didalm hotel
Yang Harus di ingat bahwa, walaupun Staycation mampu dan efektif menurunkan tingkat stress dan mencegah BurnOut, Bantuan Profesional tetap harus dilakukan jika memang membutuhkan.
Post a Comment