Dalam beberapa tahun belakangan ini, kata healing menjadi sangat dikenal, khususnya di kalangan generasi muda dan pekerja kota yang menghadapi berbagai tekanan hidup dan tuntutan pekerjaan yang berat. Di media sosial, kita sering menemukan berbagai konten perjalanan yang berfokus pada healing: seperti mengunjungi pantai, hiking di pegunungan, menginap di hotel, atau hanya menikmati secangkir kopi di kota lain. Banyak orang beranggapan bahwa healing hanyalah cara untuk menghindari realitas, sebuah usaha untuk lari dari masalah tanpa mencari solusi yang mendasar.
Namun, realitas yang lebih mendalam adalah bahwa healing melalui perjalanan sebenarnya bukanlah pelarian dari kenyataan, melainkan memberikan kita waktu untuk beristirahat agar bisa kembali merenung dan memperbaiki diri dengan lebih jelas. Perjalanan bisa menjadi sebuah langkah penyembuhan, baik dari segi psikologis, fisik, maupun spiritual ketika dilakukan dengan niat yang benar dan kesadaran yang penuh.
Tulisan ini akan membahas konsep healing secara ilmiah dan menjelaskan bagaimana perjalanan dapat mengembalikan gairah hidup, membersihkan pikiran, serta memperkuat jati diri kita.
Mengapa Seseorang Butuh Healing ?
Kehidupan saat ini memaksa kita untuk menjadi individu yang super: bekerja dengan cepat, hasil maksimal, selalu siap sedia, dan terus-menerus membandingkan diri dengan pencapaian orang lain.
Tekanan dari pekerjaan, hubungan sosial yang rumit, harapan dari keluarga, serta aliran informasi tanpa batas di media digital sering kali menyebabkan stres kronis, sebuah kondisi psikologis yang dapat berimbas pada kesehatan fisik dan mental, seperti:
1. Kelelahan emosional dan mental yang mengarah pada burnout.
2. Hilangnya minat pada aktivitas yang dulu menyenangkan.
3. Perasaan kosong dan tidak tahu arah
4. Kecemasan serta rasa gelisah yang berlebihan.
5. Penurunan kualitas interaksi sosial
6. Masalah tidur dan penurunan stamina.
Ketika keadaan ini dibiarkan berlanjut, tubuh kita mulai menggunakan mode bertahan, dan kita mulai kehilangan kemampuan untuk berpikir dengan jelas. Banyak orang merasa mereka tidak lagi "hidup," tetapi hanya sekadar bertahan. Pada titik inilah proses penyembuhan menjadi suatu kebutuhan baik secara biologis maupun psikologis, bukan sekadar gaya hidup atau tren.
Ada dua Tipe Pelarian yang harus diketahui :
1. Pelarian Destruktif : Menghindar dengan cara merugikan diri sendiri, seperti meminum alkohol, terjebak dalam pekerjaan berlebihan (workaholic), atau mengabaikan masalah.
2. Pelarian Konstruktif : Menjauh untuk sementara guna mendapatkan kembali kejernihan pandangan dan kekuatan mental.
Penyembuhan melalui perjalanan termasuk dalam kategori kedua, bukan pelarian, melainkan mencari waktu untuk merenungkan diri dan kembali dengan pemahaman yang lebih baik. Kita tidak dapat memecahkan masalah dari sudut yang sama yang menyebabkan kita terluka. Perjalanan bukanlah tentang meninggalkan kenyataan, tetapi menciptakan ruang yang aman untuk pulih sebelum kembali menghadapi kehidupan.
Pedekatan Psikologis dan Ilmiah, tentang bagaimana perjalanan menyembuhkan.
1. Perubahan Lingkungan Meringankan Stres Otak
Otak manusia berfungsi dengan cara tertentu. Jika rutinitas semakin menumpuk, otak dapat mengalami kelebihan rangsangan baik secara sensorik maupun emosional. Berada di lingkungan baru dapat merangsang bagian otak yang berperan dalam kreativitas, konsentrasi, dan dorongan. Inilah alasan mengapa bepergian sering kali memberikan kesan menyegarkan dan menstimulasi pikiran.
2. Berhubungan dengan alam menyejukkan sistem saraf
Studi dalam bidang ecopsychology menunjukkan bahwa berada di lingkungan alam – seperti hutan, pantai, dan gunung – dapat menurunkan kadar kortisol (hormon stres), memperlambat denyut jantung, dan mengaktifkan rest and digest system, yaitu kondisi biologis penyembuhan. Suara ombak, udara pegunungan, dan berlindung dari pepohonan berfungsi sebagai terapi alam yang menyegarkan sistem saraf yang lelah.
3. Perjalanan memungkinkan kita melihat perspektif baru
Saat berada di lokasi yang berbeda, kita dapat memandang kehidupan dari sudut yang lebih luas. Masalah yang sebelumnya dirasa berat menjadi terlihat lebih ringan karena kita tidak lagi terjebak dalam pola pikir yang sama. Kadang-kadang kita bukan mencari solusi, kita hanya memerlukan cara pandang yang berbeda.
4. Aktivitas fisik saat traveling meningkatkan hormon kebahagiaan
Melakukan perjalanan seperti berjalan kaki, trekking, berenang, atau sekadar menjelajahi kota baru dapat memperbesar produksi:
- Dopamin - Dorangan untuk semangat hidup
- Serotonin - Kestabilan perasaan dan Kebahagiaan
- Endorfin - Mengurangi rasa sakit dan stress
- Oksitosin - Ikatan emosional saat berbagi pengalaman dengan orang lain
Inilah yang menjelaskan mengapa setelah bepergian, kita merasa “lebih hidup. ”
5. Membantu proses introspeksi dan menemukan arti kehidupan
Perjalanan memberikan kesempatan untuk mempertanyakan:
- Apa yang sebenarnya saya inginkan?
- Apa yang selama ini saya tekan dan lupakan?
- Mengapa saya merasa lelah dengan kehidupan saya sendiri?
- Bagian dari diri saya mana yang perlu diperbaiki?
Inilah Perjalanan yang efektif untuk Healing :
- Solo Traveling ( Untuk refleksi diri, memulihkan kepercayaan diri )
- Retreat atau Healing Trip ( Mengikuti program, Yoga, Meditasi, Mindfulness dll )
- Staycation Tenang ( Untuk istirahat dan reset mental )
- Alam Therapy ( Gunung, Pantai, dan Hutan )
- Spiritual Journey ( Mengunjungi tempat ibadah, atau tempat yang memiliki energi spiritual )
- Cultural Travel ( Menambah wawasan baru dan perspektif kehidupan )
Bagaiaman Jika Healing ternyata tidak menyembuhkan apa-apa ?
" Aku sudah traveling, tapi gak ada hasil ", banyak yang berkata seperi itu! Itu sangat wajar, karena healing bukanlah tentang jarak perjalanan, akan tetapi niat dan kesadaran, traveling itu hanyalah sebuah wadah, bukan obat yang instan.
Healing akan gagal jika :
- Niat Healing untuk melupakan, bukan memahami
- Niat Healing untuk melarikan diri dari emosi yang diterima
- Kembali dengan pola hidup yang sama seperti dulu, tanpa adanya perubahan.
" Healing itu bukan tentang tempatnya, akan tetapi tentang diri yang kembali pulang ".
Post a Comment