bTAdcGyjDYctOAregRSyJNQ4u84UQ71qfMmtpvCa

Covid 19 Membuat Trauma Remaja, sehingga mengalami hal berikut ini

Motivator bandung, Motivator Indonesia, Hipnoterapi, trainer SDM, Kesehatan mental

Cerita Nyata 

Sebut saja namanya Anita, seorang remaja yang baru duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama kota Bandung. Ia harus mengalami Kejadian-kejadian yang membuat dirinya terasa aneh dan mulai menggangu dalam kehidup sehari hari.

Saat pertama berjumpa, ibunya menceritakan kondisi anita yang menurutnya tidak normal seperti orang pada umumnya.

1. Anita jika mandi atau berada di kamar mandi, paling sebentar memakan waktu 2 jam, hal ini tidak biasanya, sebelum kejadian seperti ini, anita jika mandi, normal seperti orang bisa, tidak lama seperti sekarang, paling lama pun 30 menit " Ujar ibunya "

2.  Sekarang lebih sering menyendiri di kamar, disuruh maen jawabanya " nanti saja ", dan hal berikut yang menurut saya janggal, anita kalau nulis selalu di ulang ulang, karena khwatir tulisanya tidak terlihat dan terbaca. " Ujar lagi ibunya ".

3. Dan yang terakhir, kalau sudah masukin buku ke dalam tas, terus bukunya dikeluarkan lagi terus dimasukan lagi, seperti merasa ada sesuatu yang belum dimasukan.

Setalah ibunya anita memaparkan beberapa point, selanjutnya saya meminta ibunya untuk tinggalkan saya dengan anita, karena saya ingin tahu informasi langsung dari yang bersangkutan.

Obrolan saya dan anita cukup panjang, yang pada intinya adalah, permasalah ini muncul pada tahun 2020, pada saat anita melihat huru hara covid 19, banyak yang meninggal, banyak yang sakit kritis dari Covid 19. dari berita berita yang masuk, anita mulai ketakutan, dan sering was was ketika mendengar kasus covid 19. Kenapa hal ini terjadi ?

The Parallel Pandemic: A Systematic Review on the Effects of the COVID-19 Pandemic on OCD among Children and Adolescents (2023) menjelaskan :

  • Menjelaskan dampak pandemic Covid 19 terhadap gangguan Obsessive Compulsive Disorder ( OCD ) pada anak remaja. sebesar 77% dari studi dalam review, menyimpulkan bahwa pandemic Covid 19 memiliki dampak negative pada OCD di kalangan anak dan remaja. Artinya, Gejala OCD menjadi memburuk.
  • Namun, penulis juga menyoroti bahwa temuan dari penelitian sebelumnya tidak sepenuhnya seragam, ada beberapa studi yang menunjukkan hasil yang "campur" (perubahan yang positif atau netral), dan sejumlah kecil yang tidak menemukan dampak signifikan dari pandemi pada OCD di kelompok tertentu.
  • Dampak buruk ini meliputi peningkatan frekuensi atau intensitas dari obsesi dan/atau kompulsi contohnya rasa takut akan kontaminasi, mencuci tangan atau mandi secara berulang, ritual kebersihan, pemeriksaan, kecemasan terhadap kuman atau virus, serta ketidaknyamanan mental, dan lain-lain. ( Informasi ini didapat dari National Library of Medicine )

Apa Artinya Untuk Kasus Ini ?

  • Tinjauan ini menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 dapat menjadi pemicu nyata atau memperburuk OCD pada anak-anak dan remaja, khususnya yang berkaitan dengan masalah kontaminasi, kebersihan, serta ketakutan terhadap kuman atau virus. Ini sejalan dengan pola kasus yang telah saya jelaskan, seperti mandi berlebihan, rasa takut terhadap kotoran atau kuman, ritual kebersihan, pemeriksaan yang berulang, kecemasan, dan lain-lain.
  • Namun, tidak semua anak atau remaja akan merasakan dampak yang sama. Akibat negatif sangat bergantung pada kondisi masing-masing individu, termasuk riwayat kesehatan, keadaan keluarga, serta situasi sosial dan lingkungan. Hal ini berarti bahwa diperlukan pendekatan yang berbeda dalam penilaian.
Melihat kasus yang saya tangani terhadap siswi SMP, dengan ketakutan ekstrem terhadap kuman/kematian, mandi lama, kecemasan tinggi, fenomena seperti ini bukanlah hal yang tanpa dasar!

Bagaimana Cara Saya Menanganinya ?

1. Pastinya saya meminta Keluarga dan sekitarnya ikut serta membantu untuk meredam kecemasannya dengan cara memberikan informasi informasi positif soal Covid 19 khususnya. 

2. Sayapun mencoba memberikan motivasi kepada siswa SMP tersebut, dengan teknik teknik Walking Hypnosis agar dari dalam dirinya tumbuh terlebih dahulu semangat untuk mau merubah kembali.

3. Pantau dari jauh saya lakukan agar bisa cek perkembangan. Saya selalu bertanya kepada kedua orang tuanya, bagaimana perkembangan paska diskusi pertama kalinya. jika ada perkembangan, diskusi kedua dilakukan dan seterusnya sampai benar benar berkurang kecemasannya.

Alhamdulillah, baru sekali diskusi sudah ada perkembangan yang signifikan dari anaknya. berikut ini saya tunjukan chatingan dari orang tuanya.







OlderNewest

Post a Comment